Sabtu, 09 Mei 2015

LAPORAN PENELITIAN DI BENTENG ROTTERDAM MAKASSAR

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam Makassar (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Rotterdam Makassar ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.

Nama asli benteng ini adalah Benteng Rotterdam Makassar, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Rotterdam Makassar diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.

Di kompleks Benteng Rotterdam Makassar kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.



BAB II
BENTENG ROTTERDAM

A.   Sejarah Rotterdam
Benteng Rotterdam Makassar dibangun oleh Raja Gowa ke IX Daeng Matare Karaeng Manguntungi Tumapa’risi’ Kallonna dan diselesaikan oleh putranya Raja Gowa X Imanriogau Bontokaraeng lakiung Tonipallangga Ulaweng dengan konstruksi tanah liat pada tahun 1545. Atas perintah Raja Gowa XIV Imangerangi Daeng Manrabia (Sultan Alauddin) pada tahun 1634 tembok benteng diperbaiki dan menambah material batu karang, batu padas, dan batu bata menggunakan kapur dan pasir sebagai perekat.

Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.



Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.







Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur sampai saat ini benteng Rotterdam digunakan untuk perdagangan dan dijadikan sebagai tempat wisata prasejarah,selain itu Benteng Rotterdam dijadikan kantor pemerintah yakni Pusat Kebudayaan Makassar, 

Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar. Salah satu obyek wisata yang terkenal disini selain melihat benteng serta museum Lagaligo adalah menjenguk ruang tahanan sempit Pangeran Diponegoro saat dibuang oleh Belanda sejak tertangkap ditanah Jawa.

Di benteng ini pernah di jajah oleh pasukan belanda, untuk memperluas daerah kekuasaannya karena kerajaan gowa memliki rempah-rempah yang banyak, Setahun lebih benteng digempur oleh Belanda dibantu oleh pasukan sewaan dari Maluku, hingga akhirnya kekuasaan raja Gowa disana berakhir. Seisi benteng porak poranda, rumah raja didalamnya hancur dibakar oleh tentara musuh. Kekalahan ini membuat Belanda memaksa raja menandatangani "perjanjian Bongaya" pada 18 Nov 1667 Di tempat ini juga Pangeran Diponegoro dipenjara.







Luas Benteng Rotterdam Makassar adalah 28.595,55 meter bujur sangkar, dengan ukuran panjang setiap sisi berbeda, serta tinggi dinding berfariasi antara 5-7 meter dengan ketebalan 2 meter. Benteng Rotterdam Makassar mempunyai lima buah sudut (Bastion),  yaitu :
-          Bastion Bone terletak di sebelah barat
-          Bastion Bacam terletak di sudut barat daya
-          Bastion Butan terletak di sudut barat laut
-          Bastion Mandarsyah terletak di sudut timur laut
-          Bastion Amboina terletak di sudut tenggara



Gambar salah satu Bastion di Rotterdam
Makassar




B.   Fungsi Rotterdam
Saat Belanda datang ke tanah Makassar, pecahlah perang antara Sultan Hasanuddin yang ada di dalam benteng dengan penguasa Belanda, Cornelis Speelman pada tahun 1666. Selama setahun, Benteng Ujung Pandang digempur Belanda hingga akhirnya pasukan Sultan Hasanuddin kalah dan harus menyerahkan benteng kepada Belanda.

Pada masa Kolonial Belanda, Benteng Ujung Pandang dibangun kembali dan ditata sesuai dengan arsitektur Belanda. Sejak saat itu, nama benteng pun berubah menjadi Fort Rotterdam yang tidak lain merupakan daerah kelahiran Cornelis Speelman di Belanda. Pada masa ini, benteng dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan penampungan rempah-rempah Belanda di Indonesia.

Pada masa kolonial Jepang, benteng ini beralih fungsi menjadi pusat studi pertanian dan bahasa. Sementara setelah Indonesia merdeka, benteng ini dijadikan sebagai pusat komando yang kemudian beralih fungsi menjadi pusat kebudayaan dan seni Makassar.

Benteng ini amat mudah dikenali mengingat bangunannya yang sangat mencolok dibandingkan dengan gedung perkantoran ataupun rumah disekitarnya. Memasuki pintu utama benteng ini, nuansa kejayaan masa lalu terekam jelas melalui dinding benteng yang masih kokoh. Di sudut benteng, terdapat bastion yang di bangun sebagai pertahanan artileri utama. Di tempat ini pula terdapat beberapa lubang meriam untuk pertahanan benteng.

Di benteng ini juga terdapat beberapa ruang tahanan yang salah satunya pernah digunakan untuk menahan Pangeran Diponegoro. Ruang tahanan amat kokoh dengan dinding melengkung. Selain itu di tempat ini juga terdapat gereja yang merupakan gereja pertama yang ada di Makassar.

Sebagai pusat kebudayaan dan seni, saat ini dalam kompleks benteng terdapat Museum Nageri La Gilago yang menyimpan beragam koleksi prasejarah, numismatik, keramik asing, sejarah hingga naskah serta etnografi. Kebanyakan benda kebudayaan yang dipamerkan berasal dari suku-suku di Sulawesi seperti suku Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja.
Benteng Ujung Pandang memang memiliki keunikan tersendiri. Sebagai bangunan sejarah, benteng ini merupakan bukti nyata kisah panjang masa kolonialisme yang pernah ada di bumi nusantara. Selain itu, benteng ini juga menjadi saksi bisu sejarah panjang kota Makassar.



C.   Bangunan – Bangunan di Rotterdam

1.      Gedung A
Gedung A merupakan tempat menerima tamu dari Bone.

2.      Gedung B
Gedung B pada bagian atas dahulu digunakan sebagai tempat perwakilan dagang dan bagian bawah sebagai ruang tahanan.
3.      Gedung C
Gedung C dahulu adalah wisma bagi tamu-tamu dari Buton.

4.      Gedung D
Gedung D dahulu bagian belakang merupakan rumah sakit bagi orang Beland kemudian dirubah fungsi sebagai wisma tentara. Bagian depan gedung ini tempat tinggal Cornelius Speelman. Namun, sekarang Gedung D ini menjadi Museum Nagari La Galligo yang menyimpan berbagai benda-benda bersejarah.
5.      Gedung E
Gedung E dahulu tempat tinggal pimpinan perdagangan dan pendeta.

6.      Gedung F
Gedung F dahulu adalah tempat tinggal belanda




7.      Gedung G
Gedung G gudang dan bengkel.

8.      Gedung H
Gedung H dahulu sebagai tempat menerima tamu dari Ternate.

9.      Gedung I
Gedung I dibangun oleh Jepang dengan sebagai kantor penelitian bahasa dan pertanian.

10.  Gedung J
Gedung J merupakan kantor pemegang buku germising.

11.  Gedung K
Gedung K Kantor Balai Kota.

12.  Gedung L
Gedung L ruang tahanan.



13.  Gedung M
Gedung M gudang dan kantor perdagangan Belanda.

14.  Gedung N
Gedung N merupakan tempat menerima tamu dari Bacan.



15.  Gedung O
Gedung O kantor Gubernur Sulawesi Selatan dan sekitarnya.

16.  Gedung P
Gedung P merupakan tempat peribadatan ( gereja ).



Bangunan – bangunan lainnya yang ada di Benteng Rotterdam

Halaman Pelantaran di kawasan Rotterdam

Pintu Masuk

Jendela Tahanan

Tempat Menempatkan Meriam

Tempat mengeluarkan meriam



D.   Benda-Benda Bersejarah
Di dalam Rotterdam terdapat museum yang disebut La Galigo  ini memiliki koleksi sebanyak kurang lebih 4999 buah yang terdiri dari koleksi prasejarah, numismatik, keramik asing, sejarah, naskah, dan etnografi. Koleksi etnografi terdiri dari berbagai jenis hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup dan benda lain yang dibuat dan digunakan oleh suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Museum juga memiliki benda-benda yang berasal dari kerajaan-kerajaan lokal dan senjata yang pernah digunakan pada saat revolusi kemerdekaan.
1.       Koleksi Nusantara
Disalah satu ruangan museum La Galigo anda dapat jumpai replika dari beberapa situs atau cagar budaya di Indonesia, seperti bangunan candi , Arca, dan bentuk bentuk nisan yang banyak ditemukan pada makam - makam kuno.







2.       Koleksi Keramik


Diruangan Koleksi Keramik terdapat berbagai jenis keramik kuno dari berbagai dinasti seperti Dinasti Sung abad 13-14 Dinasti Swaton abad 16-18, Dinasti cing abad 17-19, Dinasti Yuan terjan abad 14-16, Dinasti Annamese abad 14-16 Keramik - keramik ini berasal dari China, Vietnam, Thailand ,Siam dan Jepang. Dan ada juga, keramik yang berisi tulisan arab.

3.       Alat-alat Tradisional Perikanan dan Kelautan
 
Pada bangunan lain Museum Lagaligo anda akan menjumpai koleksi Perangkat Tradisional para pelaut dan nelayan bugis Makassar terdapat replika Perahu Pinisi yang terkenal sampai ke manca negara berbagai jenis peralatan nelayan untuk mengkap ikan yang umumnya masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyrakat pesisisr hingga saat ini.

4.       Sepeda dan Bendi
Tidak hanya peralatan tradisional nelayan yang terpanjang di ruangan ini anda pun dapat melihat bendai, Sepeda ataupun Dokar, koleksi Perangkat pertanian Tadisional yang terdapat dalam useum lagaligo ini adalah bukti sejarah peradaban bahwa sejak jaman dahulu bangsa indonesia khususnya masyarakat Sulawesi Selatan telah dikenali sebagai masyarakat yang bercocok tanam. Mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian terutama tanaman padi sebagai bahan makanan pokok.

5.       Koleksi Peralatan Menempa Besi dan Hasilnya
Jika anda ingin mengenali lebih jauh tentang sisi lain dari kehidupan masa lampau masyarakat Sulawesi Selatan, maka anda dapat mengkajinya melalui koleksi tradisional menempa besi, Hasil tempaan berupa berbagai jenis senjata tajam, baik untuk penggunan sehari - hari maupun untuk perlengkapan upacara adat.
6.       Koleksi Peralatan Tenun Tradisonal dan Kain


Dari koleksi Peralatan Tenun Tradisional ini, dapat diketahui bahwa budaya menenun di Sulawesi Selatan diperkirakan berawal dari jaman prasejarah, yakni ditemukan berbagai jenis benda peninggalan kebudayaan dibeberapa daerah seperti leang - leang kabupaten maros yang diperkirakan sebagai pendukung pembuat pakaian dari kulit kayu dan serat - serat tumbuhan-tumbuhan. Ketika pengetahuan manusia pada zaman itu mulai Berkembang mereka menemukan cara yang lebih baik yakni alat pemintal tenun dangan bahan baku benang kapas. Dari sinilah mulai tercipta berbagai jenis corak kain saung dan pakaian tradisional.

7.       Alat Senjata


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam Makassar (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke IX yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke XIV Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.






DAFTAR PUSTAKA
Blog.Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar/Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Blog.sejarah-berdirinya-benteng-fort-rotterdam-di-makassar/sobatpetualang.com



3 komentar:

  1. wah. panjangnya laporan muu!!! tpi, sangat bermanfaat

    BalasHapus
  2. tq very much for for this. really helpful for my research project

    BalasHapus
  3. Kak, ada dokumentasi fotonya ga? Terutama yang keramik

    BalasHapus